Kamis, 15 Mei 2014

Galau? No Way!


Kala galau datang menerjang
Ingat al Quran,
Baca dan renungkan
Maka galaumu lekang

Bila galau datang merasuki
Ingat puisi
Tumpahkan saja, setumpah tumpahnya
Hingga galaumu tak bersisa

Saat galau datang menghadang
Ingat cucian
Cucilah sebersih-bersihnya
Sebanyak-banyaknya
Hingga galaumu hilang

Jika galau datang menghampiri
Bayangkan roti
Teh hangat
Dan biskuit kelapa
Nikmatilah, sambil baca buku laa tahzan

Begitulah, jangan biarkan galau menguasaimu,
Taklukkan dia, karena hidup ini, bukan untuk galau, men.

SADAR DAKWAH

Assalamu’alaikum sahabat dan ikhwah fillah semuanya, di seantero dunia.
Dewasa ini kita dikejutkan oleh berbagai fenomena permasalahan sosial yang kian hari kian bertambah. Tak hanya itu, kita juga dihenyakkan oleh pesatnya perkembangan zaman yang pengaruhnya  membawa dampak positif dan negatif hingga ke pelosok daerah, bahkan di negara  berkembang seperti Indonesia sekalipun. Individualisme, hedonisme, perzinahan, homoseksual, krisis moral dan lain sebagainya merebak, meracuni jiwa ummat ini terutama pemuda/i  generasi penerus dan pemegang tongkat estafet kepemimpinan kita di masa yang akan datang. Siapa yang peduli dengan kondisi ini?

Beli Buah? Kenali Cirinya Biar Ngak Kecewa

Suatu hari.
Dari kejauhan mataku kehijauan memandang deretan semangka. Menggoda banget, apalagi kalo cuaca lagi panas. Dengan wajah sumringah, kuhampiri si penjual semangka yang lagi asik mengipasi diri dengan handuk good morning-nya.
“Bang, semangka berapa sekilo?” tanyaku.
“Empat ribu lima ratus, Dek Noeng,” jawab si abang. Aku jadi sedikit lesu.
“Mahal amat bang. Bukannya dua ribu lima ratus, kemarin itu harganya segitu,” tawarku.
“Waah, ngak lah Dek. Sekarang semangka lagi langka. Yang non biji aja udah enam ribu lima ratus perak Dek sekilonya,” bantah si abang.
Idih! Kita kan ngak tanya yang non biji yaa? Gak sanggup beli T_T
Akhirnya setelah memilih-milih, aku mengambil semangka yang beratnya  4 kg untuk kubawa pulang. Well, aku yakin isinya pasti merah, secara semangkanya gede gitu loh.

Sesampainya di rumah. Kubelah semangka dengan hati-hati. “Hai, apa kabar?” daging semangka menyapaku. Huaaaa! Ternyata isinya pink muda saudara-saudara, bukan merah apa lagi merah tua. Aku kecewa. Sangat. Meski akhirnya kutelan jua sekalian dengan rasa kecewa itu. Dramatis amat yaa?