Kamis, 15 Mei 2014

SADAR DAKWAH

Assalamu’alaikum sahabat dan ikhwah fillah semuanya, di seantero dunia.
Dewasa ini kita dikejutkan oleh berbagai fenomena permasalahan sosial yang kian hari kian bertambah. Tak hanya itu, kita juga dihenyakkan oleh pesatnya perkembangan zaman yang pengaruhnya  membawa dampak positif dan negatif hingga ke pelosok daerah, bahkan di negara  berkembang seperti Indonesia sekalipun. Individualisme, hedonisme, perzinahan, homoseksual, krisis moral dan lain sebagainya merebak, meracuni jiwa ummat ini terutama pemuda/i  generasi penerus dan pemegang tongkat estafet kepemimpinan kita di masa yang akan datang. Siapa yang peduli dengan kondisi ini?
                Jaman sekarang, muda mudi sudah banyak yang tidak mempunyai rasa malu. Orang yang belum menikah sudah nampak seperti suami istri. Maksiat seperti itu, hakikatnya adalah aib, tetapi mereka malah menyebarkannya pada orang lain dengan bangga seolah berkata,”Lihatlah, betapa mesranya kami.” Keadaan ini, siapa yang mau mengubah? Pola pikir ini, siapa yang ingin memusnahkannya? 

                Benar, bahwa sudah sunnatullah di dunia ini ada yang haq dan ada yang bathil. Tapi, sebagai muslim, bukannya kewajiban atas kita menyeru kepada yang haq dan mencegah kepada yang bathil?
Mari kita telusuri QS. Al-Ashr ayat 1-3
والعصر (1)إن الإنسان لفي خسر(2) إلا الذين أمنوا وعمل الصالحات وتوا صوب الحق وتوا صوب الصبر (3)
Artinya :
1.       Demi masa
2.       Sesungguhnya manusia kerugian
3.       Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran.

Jelas dikatakan dalam surat di atas mana golongan orang-orang yang rugi dan golongan orang-orang yang tidak. Golongan orang yang tidak rugi (beruntung) kriterianya adalah seperti yang tercantum dalam ayat ketiga, “orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran”. Sedangkan orang-orang yang rugi adalah orang-orang yang tidak mempunyai kesemua kriteria di atas, atau salah satunya. Nah, yang jadi pertanyaannya? Anda mau masuk ke golongan mana? Rugi atau beruntung? Silakan anda putuskan!
Nah, dari ayat ketiga surah al-Ashr, kita juga bisa menyimpulkan bahwa beriman dan beramal shalih untuk diri sendiri saja belum cukup. Kita harus ada alternatif mengajak/menasehati orang lain kepada kebenaran untuk menyempurnakan keimanan dan amal shalih, supaya kita menjadi orang yang beruntung.
Kembali lagi ke permasalahan moral abad sekarang, kira-kira melalui apakah kita bisa memperbaikinya?
Dakwah. Ya, itu adalah solusinya.  Mengajak kepada kebenaran dan amal baik dan mencegah kepada kemungkaran dan amal buruk.
Dakwah itu dimensinya luas, kita tidak boleh berpikir bahwa dakwah itu berbicara/berceramah di depan khalayak ramai saja. Dakwah bisa juga kita praktekkan dengan hal/keadaan. Misalnya memakai pakaian yang syar’i, berbicara yang baik, sopan dan bermanfaat, itu juga merupakan dakwah. Apabila anda tidak mampu mengajak dengan kekuasaan, cobalah dengan lisan, apabila tak mampu jua, maka doakan mereka supaya segera mendapat hidayah dari Allah SWT.  Seperti yang digambarkan dalam hadits Rasulullah saw. berikut :

عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
[رواه مسلم]
Artinya :
Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam  bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” (Riwayat Muslim)

                Jadi, bagaimanapun, kita sebagai seorang muslim harus sadar akan pentingnya da’wah. Rasulullah saw. bahkan memberikan cara bagi orang-orang yang lemah imannya untuk berdakwah. Artinya, orang yang lemah imannya pun mempunyai kewajiban untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Apalagi, bagi anda-anda yang memiliki banyak ilmu dan pengetahuan tentang agama yang mendongkrak keimanannya. Rasa-rasanya terlalu egois apabila anda tidak mau berdakwah, seolah hanya mementingkan kebaikan untuk diri sendiri tanpa memperhatikan kebaikan untuk saudara seiman. Dan jangan lupa, keikhlasan juga menentukan rugi dan untung kita sebagai manusia. So, mari berdakwah, lillahi ta’ala. Allahu Akbar!
Wallahu ‘alam  bish shawab...
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Orang bijak tinggalkan jejak :)

Masukan dan kritikan yang baik dan membangun sangat ana harapkan dari Anda. Silakan di koment ^_^