Assalamu’alaikum sahabat dan ikhwah fillah semuanya, di seantero dunia.
Dewasa ini kita dikejutkan oleh berbagai fenomena permasalahan sosial yang
kian hari kian bertambah. Tak hanya itu, kita juga dihenyakkan oleh pesatnya
perkembangan zaman yang pengaruhnya
membawa dampak positif dan negatif hingga ke pelosok daerah, bahkan di negara
berkembang seperti Indonesia sekalipun. Individualisme,
hedonisme, perzinahan, homoseksual, krisis moral dan lain sebagainya merebak,
meracuni jiwa ummat ini terutama pemuda/i
generasi penerus dan pemegang tongkat
estafet kepemimpinan kita di masa yang akan datang. Siapa yang
peduli dengan kondisi ini?
Jaman
sekarang, muda mudi sudah banyak yang tidak mempunyai rasa malu. Orang yang
belum menikah sudah nampak seperti suami istri. Maksiat seperti itu, hakikatnya
adalah aib, tetapi mereka malah menyebarkannya pada orang lain dengan bangga
seolah berkata,”Lihatlah, betapa mesranya kami.” Keadaan ini, siapa yang mau
mengubah? Pola pikir ini, siapa yang ingin memusnahkannya?
Benar, bahwa sudah sunnatullah di dunia ini ada yang haq dan ada yang bathil. Tapi, sebagai muslim, bukannya kewajiban atas kita menyeru kepada yang haq dan mencegah kepada yang bathil?
Mari kita telusuri QS. Al-Ashr ayat
1-3
والعصر (1)إن الإنسان لفي خسر(2) إلا الذين أمنوا وعمل
الصالحات وتوا صوب الحق وتوا صوب الصبر (3)
Artinya :
1. Demi masa
2. Sesungguhnya manusia kerugian
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan saling
nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran.
Jelas
dikatakan dalam surat di atas mana golongan orang-orang yang rugi dan golongan
orang-orang yang tidak. Golongan orang yang tidak rugi (beruntung) kriterianya adalah
seperti yang tercantum dalam ayat ketiga, “orang-orang yang beriman, beramal
shalih, saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam
kesabaran”. Sedangkan orang-orang yang rugi adalah orang-orang yang tidak
mempunyai kesemua kriteria di atas, atau salah satunya. Nah, yang jadi
pertanyaannya? Anda mau masuk ke golongan mana? Rugi atau beruntung? Silakan
anda putuskan!
Nah, dari
ayat ketiga surah al-Ashr, kita juga bisa menyimpulkan bahwa beriman dan
beramal shalih untuk diri sendiri saja belum cukup. Kita harus ada alternatif
mengajak/menasehati orang lain kepada kebenaran untuk menyempurnakan keimanan
dan amal shalih, supaya kita menjadi orang yang beruntung.
Kembali
lagi ke permasalahan moral abad sekarang, kira-kira melalui apakah kita bisa
memperbaikinya?
Dakwah.
Ya, itu adalah solusinya. Mengajak kepada
kebenaran dan amal baik dan mencegah kepada kemungkaran dan amal buruk.
Dakwah itu
dimensinya luas, kita tidak boleh berpikir bahwa dakwah itu berbicara/berceramah
di depan khalayak ramai saja. Dakwah bisa juga kita praktekkan dengan
hal/keadaan. Misalnya memakai pakaian yang syar’i, berbicara yang baik, sopan
dan bermanfaat, itu juga merupakan dakwah. Apabila anda tidak mampu mengajak
dengan kekuasaan, cobalah dengan lisan, apabila tak mampu jua, maka doakan
mereka supaya segera mendapat hidayah dari Allah SWT. Seperti yang digambarkan dalam hadits
Rasulullah saw. berikut :
عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
[رواه مسلم]
Artinya :
Dari
Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa yang melihat kemungkaran
maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya,
jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah
selemah-lemahnya iman.” (Riwayat Muslim)
Jadi,
bagaimanapun, kita sebagai seorang muslim harus sadar akan pentingnya da’wah. Rasulullah
saw. bahkan memberikan cara bagi orang-orang yang lemah imannya untuk
berdakwah. Artinya, orang yang lemah imannya pun mempunyai kewajiban untuk
beramar ma’ruf nahi mungkar. Apalagi, bagi anda-anda yang memiliki banyak ilmu
dan pengetahuan tentang agama yang mendongkrak keimanannya. Rasa-rasanya
terlalu egois apabila anda tidak mau berdakwah, seolah hanya mementingkan
kebaikan untuk diri sendiri tanpa memperhatikan kebaikan untuk saudara seiman. Dan
jangan lupa, keikhlasan juga menentukan rugi dan untung kita sebagai manusia. So,
mari berdakwah, lillahi ta’ala. Allahu Akbar!
Wallahu ‘alam bish shawab...
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Orang bijak tinggalkan jejak :)
Masukan dan kritikan yang baik dan membangun sangat ana harapkan dari Anda. Silakan di koment ^_^