Begitu
banyak teman sebangku di dunia ini, adakah kita mengenang mereka?
Mungkin
sebagian orang berpikir, ia hanya sekedar teman sebangku. Sekedar. Ya, tapi
bagiku mereka lebih dari itu. Mereka adalah sahabat, teman curhat, teman
bermain, teman makan, teman bercanda, bahkan teman menangis. Siapapun mereka,
ketika kita butuh sesuatu misalnya pulpen, orang pertama yang kita tanyakan dan
mintai pulpennya adalah teman sebangku. Jarang kan, kita berjuang mati-matian
manggil sahabat kita di pojok kelas hanya untuk pulpen sebatang. Itulah
mengapa, arti dari teman sebangku itu lebih dari itu.
Aku akan memberi
sebuah interpretasi amatir tentang seorang teman sebangku.
Ini dia!
……
Ia seperti
sebuah buku
Saat kamu
tidak paham akan sesuatu, padanya kamu menuju
Ia seperti
lagu yang dinyanyikan
Kala kamu
suntuk, ia datang mewarnai
Mencubitmu,
mencoretmu, berbisik di telingamu, bahkan berteriak keras.
Kadang kamu
jengkel, tapi saat sehari saja ia tak datang
Rasa sepi
mengayomi
Ia juga
motivator, mendorongmu untuk maju ke depan kelas
Memberi contekan saat kamu kesulitan
Membelikanmu
jajan dan uang seribu terkadang karena jajanmu ketinggalan
Menawarkanmu
nasi bekalnya, kue jajanannya, bahkan pisang rebus tabur kelapa
Ia juga romantis,
sering menggenggam tanganmu saat jalan berdua, menemanimu ke toilet dank ala kamu
sakit, ia adalah orang yang memapahmu ke UKS.
…
Dari TK
hingga jenjang SMA, ada banyak sekali teman sebangku yang kupunya. Disini,
sebisaku akan kutuliskan tentang mereka. Semuanya.
1. Semasa TK
Ada 2 orang teman sebangku saat aku masih TK. Kenapa? Karena untuk satu
meja, ada 3 orang siswa yang mengisi. Aku, Raudhatunnur dan Halimatussakdiah.
Mereka berdua adalah sahabat yang paling kuingat semasa TK. Tapi, aku sempat
lupa nama Raudhatunnur. Ia biasa dipanggil Aton. Bertahun kemudian saat aku
duduk di bangku MTs, memori tentangnya kembali saat tiga serangkai itu
dipertemukan kembali di balee beut yang sama. Duuuh, serunyaa. Maaf Aton,
sebenarnya aku tak ingin melupakanmu begitu lama. Aku sering berpikir
tentangmu, tapi aku lupa namamu. Begitu kita ketemu lagi, aku bahagia sekali.
Sementara Halimah, ia memang selalu di sisiku, tak ada alasan kenapa aku lupa
padanya.
2. Semasa MI
(Madrasah Ibtidaiyah)
·
Kelas satu, dua dan tiga, teman sebangkuku
Halimatussakdiah, teman yang sama saat di TK.
·
Kelas 4, teman sebangkuku namanya Musnayati.
Terakhir kali kudengar tentangnya saatku kelas 2 MTs, setelah itu, aku tak
mendapati kabar apapun.
·
Kelas 5, teman sebangkuku bernama Hulaimah dan
Halimah. Seringkali kami bertukar-tukar tempat duduk.
·
Kelas 6, awalnya teman sebangkuku adalah
Hulaimah, namun aku pindah sekolah ke tempat lain, di sana teman sebangkuku ada
dua. Pertama namanya Mutia Rahma, ia menjadi korban tsunami (allahummagfirlaha)
dan kedua namanya Rini Mauliyanti. Kisah yang indah bersama mereka, mereka
berhasil mengembalikan semangat si anak kampung yang trauma akibat konflik ini.
3. Masa MTs
·
Kelas 1, namanya Erni Yusnita. Aku ingat
sekali, ia memberiku hadia ulang tahun berupa bingkai foto yang manis. Aku
bahagia sekali. Oiya, Erni pandai tilawah, suaranya merdu sekali. Ia juga
merupakan “sinden” di grup rebana sekolah kami. Sudah lama kucari kabarnya,
tapi tak dapat-dapat laah… Aku juga mencoba cari di fesbuk, tapi belum ketemu…
·
Kelas 2 dan 3, namanya Khairunnisa. Kami
sekelas memanggilnya Kak Runi, seorang teman sebangku, juga seorang kakak.
Yeaah, karakter beliau memang begitu, jiwanya mendidik dan begitu apa adanya. Beliau
juga pandai. Sekarang kami berjumpa lagi di jurusan yang sama di fakultas
tempatku kuliah. Seneng rasanyaa…
4. Masa MA
- Kelas satu, nama teman sebangkuku Putri Desriana. Ramah sekali orangnya. Ia yang mengajakku untuk duduk berdua saat pertama kali masuk kelas. Ia pinter, baik, suka memberi dan pernah sekali mentraktirku makan di luar. Aih, aku belum membalas traktirannya kali itu. Akan kuusahakan kita makan-makan berdua nanti…
- Kelas dua, ia bernama Zuraida. Manis, pandai, pinter nyanyi, so sweet banget orangnya. Banyak hal yang kuingat dari Zuraida, banyak banget, dan berarti banget buatku.
- Kelas tiga, awalnya aku masih sebangku dengan Zuraida, tapi kemudia Ibu Wali Kelas melakukan beberapa roker tempat duduk. Zuraida yang kena, ia dipindahkan dari tempat duduknya semula dan Almira menggantikan posisinya. Awalnya sediiih banget, karena rasanya Zuraida udah dekat di hatiku, ciyeee. Hehe. Tapi duduk dengan Almira ternyata seru juga. Dibalik sikapnya yang bak seorang putri, ia juga merupakan teman dan sahabat yang baik. Mira mengajarkanku bagaimana cara membuat tornado kecil yang imut. Lalu meja kami jadi penuh dengan tornado-tornado itu. Hehehe.
Indah
sekali, kenangan itu…
Well, pada
kenyataannya sekarang, aku tidak bisa sedekat dulu lagi dengan teman sebangkuku.
Kami sudah berpisah bangku. Aku menuju bangkuku sendiri dan ia juga mempunyai
bangkunya sendiri yang harus diduduki. Pada mulanya berat sekali bagiku
mengetahui kenyataan bahwa dulu kami sangat dekat, tertawa dan menangis
bersama, gila bersama, lalu ketika berjumpa sekarang hanya sekedar sapa dan
tersenyum simpul. Aiiih, periiih…
Bagaimanapun
masing-masing mereka punya kehidupan sendiri. Begitu juga aku. Tapi, tetap, aku
tetap berusaha menjadi teman sebangku seperti yang dulu bagi mereka. Miss u so
much, teman sebangkuku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Orang bijak tinggalkan jejak :)
Masukan dan kritikan yang baik dan membangun sangat ana harapkan dari Anda. Silakan di koment ^_^