Jumat, 16 Januari 2015

MIA Satu, Dua dan Tiga

Assalamu'alaikum... Jumpa lagi nih setelah sekian lama vakum. "Sibuk kuliah dan kegiatan" jadi korban untuk dijadikan alasan kali ini. Tapi sebenarnya, alasan yang paling benar itu bukan itu, melainkaaaan ... Nanti kalian juga bakalan tau... Hehehe

Sebenarnya beberapa minggu yang lalu saya baru siap mengikuti mata kuliah PPL alias Praktek Pengalaman Lapangan. Jadi topik kali ini sekitaran itu laah...

Agak tengsin ya nulisnya, masalahnya sekarang saya sudah ada yang manggil "Ibu Baraah". Mau saya bilang/nulis sesuatu pun harus mikir-mikir dulu, soalnya kepikiran nanti kalo ada siswa yang baca gimana, malu ah, kan secara udah guru gitu, contoh teladan. Duh, duh.


Udah deh, gini aja.

Siapa pun siswi yang baca blog ini, harus jeli yaa??? Harus jeli memilih dan memilah, misalnya nih, ada tulisan di blog ini yang kurang bagus, jangan di ambil, jangan di tiru. Nah, kalo ada yang bagus dan baik, silakan dicontoh, boleh yaa begituu... :)

Nah, sudah. Kembali lagi ke titik pokok permasalahan, langsung saja yuuuk.

Pengalaman ketika PPL


Hari pertama diantar ke sekolah praktek, tepatnya MAN Banda Aceh I, dulunya MAN Model Banda Aceh, saya sudah nervous dari rumah. Sampai di sekolahnya tambah nervous lagi, melihat siswanya apalagi, dan ketemu guru pamong, subhanallah, saya ngak jadi nervous lagi. Kenapa? Karena guru pamongnya guru saya dulu. Oia, saya belum bilang yaa kalo saya sebenarnya alumnus MAN Model Banda Aceh. Aihh, harusnya kan ngak perlu nervous2 segala. Hahay, saya juga ngak tau kenapa.


Selanjutnya setelah temu ramah, bincang-bincang, jadinya lebih enjoy. Dan ternyata, meski saya adalah alumnus di sekolah ini, saya ngak berani salam sama bapak guru pamong saya. Saya malu, bukan apa-apa. Beliau ini seorang haji, sudah berumur, orang yang berwibawa. Jadi setelah saya pertimbangkan, saya tidak menyalami beliau, dengan tujuan untuk menghormati, bukan lainnya. Tapi beliau kan guru saya, gimana? Saya jadi gawzul fikri juga, tetapi entah kenapa, mungkin Allah tidak menakdirkan saya bersalaman dengan bapak, saya anggap berarti Allah ngak mengizinkan tangan saya menyentuh tangan beliau hingga PPL saya berakhir. Subhanallah.

Bapak Hamim, begitulah nama guru pamong saya. Beliau terkenal sebagai guru yang paling baik di seantero MAN Banda Aceh I. Beliau juga humoris, tetapi tetap berwibawa. Beliau membimbing saya saat kesulitan mengatasi masalah di kelas. Saat mengingat beliau, saya selalu berdoa, semoga beliau selalu diberkahi oleh Allah, umurnya, rizkinya, amalnya, baktinya, semua semuanya. Jazakallah khayran katsiran Bapak.

Jadi, setelah observasi, persiapan, semua semuanyaa, saya pun diberi kelas mengajar oleh Bapak. Kelas X MIA 1, dan X MIA 2. Mereka anak-anak yang masih penuh semangat. Saking semangatnya, saya kalah sama mereka. Hehehe... Ini ada sirrul balaghinya lhoo... Dan sekali-sekali, Bapak ada memberi saya peluang untuk mengajar di kelas X MIA 3, dimana anak-anaknya lebih bisa ditundukkan. Hehehe

But, over all, ini adalah salah satu pengalaman menyenangkan sekaligus mendebarkan. Bagaimana tidak, ini adalah first time saya mengajar dalam suatu kelas. Rasanya haru bercampur kaku. Semuanya berjalan sesuai dengan yang semestinya. Alhamdulillah. Saya senang, saya senang bisa melewatkan waktu dengan siswa, meski tidak maksimal. Banyak pelajaran berharga yang saya dapat, banyak juga tantangan, tetapi semuanya berakhir dengan baik. Terima kasih, siswa siswi MAN Banda Aceh I, terutama kelas X MIA 1,  X MIA 2 dan X MIA 3, jazakumullah khayran katsira...

Sekian dulu, nanti kapan-kapan kita sambung lagi... :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Orang bijak tinggalkan jejak :)

Masukan dan kritikan yang baik dan membangun sangat ana harapkan dari Anda. Silakan di koment ^_^