Kamis, 02 Februari 2012

Kucing-Kucing (Cerita Ngak Lucu)

Hai sobat!!
Dari kecil, hidupku tak pernah lepas dari suatu makhluk yang bernama kucing. Tapi bukan berarti aku penyuka kucing - walaupun awalnya sedikit suka - yang punya keranjang khusus kucing yang ditaruh di kamar trus kucingnya dipeluk-peluk tiap hari. Mungkin karena rumahku berada di pas di simpang tiga sehingga banyak orang yang buang kucing di situ, atau mungkin juga kucing-kucing memang suka bertandang kerumahku karena penghuninya ramah-ramah semua. Hehehehe. Berikut cerita kucing-kucing yang pernah hinggap dihatiku, maksudnya di rumahku...





  1. Namanya tabeunyoh (bhsa aceh cadel, asal kata : ka beungoh = sudah pagi), diberi nama begitu karena warna bulunya abu2 kayak warna pagi buta. Kisah tentang kucing ini tidak banyak, aku masih kecil ketika si tabeunyoh mati ketuaan. Tapi aku ikut prosesi pemakamannya kok... Hehehe
  2. Yang kedua ini aku ngak tau namanya, pake nama samaran aja kali yaa... Si kuning aja deh, soalnya bulunya berwarna kuning ke-oren-orenan gitu... Dia itu suka kurapan, sampe di kasih obat sama mamakku. Akhirnya dia sembuh juga... Pas udah sembuh, ia berubah profesi jadi pengembara. Hingga kami pikir dia udah mati karena kelamaan pulang. Tapi, dia ternyata enak-enakan di rumah tetangga jauhku di seberang sawah... Wuiiih,,, rupanya pas ditemuin kurapan lagi dia... Ew... Dasar, ngak tau terima kasih sih... Di obatin malah mengembara... Akhirnya dia pulang lagi lhoo, setelah disembuhin sama tetangga jauhku itu... N kisah dia kayaknya ngak ada endingnya, soalnya ingatan aku masih agak kabur-kabur gitu... Ngak ingat lagi pas dia mati gimana... hehehehe
  3. Namanya Iman, namanya kami (aku n kakak kecilku) beri ketika ia sudah mati. Kenapa? Karena kucing berbulu orange ini sangat tabah menghadapi hidupnya yang penuh lika-liku peperangan dengan kucing disekitar. Maklum, dia cowok, ya jelas lah, cemen banget kalo dia ngak berantem. Tapi sayangnya, dia rajin kalah. Suatu hari ketika dia pergi, saat pulang malamnya dia sudah terluka disana-sini. Besoknya dia udah nampak lemes, dikasih makan ngak nafsu. Besoknya lagi dia juga ngak mau makan, akhirnya, Mamak yang paling suayaaaaang sama kucing memberi ia sesendok madu. Tapi sakitnya tiada berkurang. Esoknya lagi, kami menemukannya terkapar. Sudah tak bernyawa. Maka dengan sedih hati aku n kakak kecilku memakamkannya di kebun kosong disamping rumah. Sekaligus dengan resmi kami beri ia nama Iman... Kucing orange kamiiiii... Hiks...
  4. Pasca Si Iman, datanglah kucing berwarna abu-abu agak kuning... Kucing ini ngak kami kasih nama... Dia sempat beranak 2 kali sebelum kami memutuskan untuk membuangnya. Soalnya mereka jorok banget. Yaaa, terpaksa dibuang...
  5. Meggi... Si Meggi ini adalah kucing kecil yang kami adopsi dari rumah Pak Wa (Pak Dhe) kami. Dia itu kucing yang lincah dan bersemangat. N seringkali dibawa ke sawah sama ayah biar dia nangkap tikus sawah yang suka makan padi. Tapi, walaupun si Meggi akrab sama ayah, ayah seringkali salah menyebut namanya. Ayah memanggil si Meggi dengan sebutan Merry... Mana si Merry? Ayah mw ajak dia ke sawah... Aku sama kakak kecilku seringkali ngakak saat mendengarnya... hahahahaha.. Tapi kemudian, kisah sedih dimulai dalam keluargaku. Konflik membuat kami harus pindah rumah dan meninggalkan si Meggi, entah gimana nasibnya kemudian... Aih, kami pun tak tahu, mungkin dia juga ikut mengungsi ke rumah tetangga... 

  6. Kami kembali lagi setelah 3 tahun, memulai kembali kehidupan di desa. Kucing baru pun berdatangan, diantara yang datang-datang, ada seekor kucing cewek yang berwarna abu-abu menetap di rumah kami. Kelakuannya yang sopan membuat kami membiarkan dia tinggal. Hingga akhirnya dia beranak tiga. Namanya Frodo, Uci dan satu lagi udah lupa... Setelah agak besar, Frodo dibiarkan menetap, sedangkan yang lainnya di buang. Setelah agak lama, adikku bilang si Uci menempati salah satu rumah warga kampung kami yang jaraknya agak jauh dari rumah. 
  7. Si Teumbon (Si Gendut), dia lahir dari Si Manis, kucing hamil yang numpang melahirkan di rumah kami, lalu menetap di situ. Diantara semua kucing-kucing, Si Teumbonlah yang paling kusukai, soalnya dia imut, gendut, ngak nakal, dan penurut. Awalnya aku memberi nama ia Hurairah (bhsa Arab, artinya kucing), tapi adikku ngak mau panggil pake Hurairah, dia mau panggilnya si Teumbon, biar imoet kata dia... Akhirnya, yaudahlah, aku nurut aja... Sampe sekarang dia masih ada dirumahku... Oh ya, warna nya abu-abu campur putih di kakinya, kayak pake kaos kaki... Diaa ngak mau makan nasi putih tanpa lauk, dan lauknya jangan ikan asin... Beuuuuh,.... manja banget nih kucing... Jitak 10x..
    Si Teumbon
  8. Si Chick, dia adeknya si Teumbon, warnanya itam n campur sedikit putih di hidung n perutnya.. Paling suka ikan segar, n sama kayak si Teumbon, ngak mau nasi putih tanpa lauk and ikan asin. kelakuannya bandel abis. Setelah dia gede, dia suka banget gangguin si Teumbon, makanan pun dia ngak mau berbagi dengan si Teumbon. Dia selalu memusuhi si teumbon, entah kenapa... Sampe skarang, si teumbon sering minggat dari rumah. Ia hanya pulang waktu malam dan untuk makan. Dan kami harus menyembunyikan si Teumbon kalau pulang. Memberia ia makan secara diam-diam biar ngak diketahui si chick. Kalo sampai si chick tau, habislah si Teumbon diterkam. Si Teumbon anehnya ngak pernah ngelawan, dia selalu mengalah dan digigit... Ada ada aja tuh kucing...
    Si Chick

    Mengenai kebandelan si Chick, dia pernah mencuri ikan yang baru siap kubersihin, spontan aku memukul kepala dia pake gayung, untung ngak pake centong, kalo ngak, udah jadi sangkuriang dia... :D
  9. BlackBerry and YellowBerry (Nama Samaran), dua kucing preman berwarna hitam putih n kuning putih. Kerjaannya nyuri ikan di rumah, Di BNA, kalo yang sebelum2nya rumah di kampung. Dua kucing nih adalah kucing paling bandel sedunia menurutku... Apapun yang mereka berdua lakukan, tak kuase aku lah pokoknya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Orang bijak tinggalkan jejak :)

Masukan dan kritikan yang baik dan membangun sangat ana harapkan dari Anda. Silakan di koment ^_^